Sutan Iwan Soekri Munaf
Dermaga, Jembatan Ampera
Malam. Kemerlip lampu dari jembatan seperti perempuan-perempuan persinggahan, menawarkan sedikit cahaya berahi lewat kosmetik seadanya. Jangan cerita asli, selain ikan belida yang berenang di dasar sungai musi. Dan kelam bersama kemerlip malam menggantang rindu untuk menyeberang, kembali ke rumah.
Bersama angin, waktu menjemput setiap rindu. Aroma anyir yang sampai pun tumpah ke dalam sungai, setelah lirikan bola mata menawarkan persinggahan dalam secangkir teh. Aku tak tahu ke mana langkah akan bertahan. Malam ini jaring-jaring sesat telah menjala sepi yang menyibak dari dalam sungai ini. Barangkali sangsi semakin menjadi-jadi, karena bau tubuhku tercemar parfum murah.
Ya, waktu telah menjeratku di dermaga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar