Rabu, 28 Juli 2010

Kecambah

Sutan Iwan Soekri Munaf
Kecambah

Kecambah luka itu tumbuh
menganga di antara waktu yang membasuh
rindu untuk bertemu. Rindu pun meruyak bunga sepi
bermandikan hari dalam
kata beku. Ketika buah hati
membasahi luka yang dalam,
huruf-huruf saling memakan minggu
hingga bulan rontok sebelum
musim salju tiba. Rindu
bukan lagi kalimat mengayu
yang berenang setiap tahun datang. Dan
pertemuan bukan lagi pesemaian
yang bakal ditunggu kedatangannya.
Kecambah luka selalu tumbuh
di antara rindu yang dihanyutkan waktu.
Kini windu ditanam dalam
ruyak luka untuk membuka
abad dan menunggu
bunga sepi menjadi buah hati. Barangkali
kata tidak lagi penting
setelah huruf cerai berai
dihanyutkan hujan rindu
ke dalam buhul waktu.
Dan akulah luka!
Dan akulah rindu!
Dan akulah waktu yang enggan menunggu!
Kecambah luka itu tumbuh
menganga dan meranggas mencari
mentari jiwa. Luka itu membesar dan mengayu
dalam buhul waktu. Bersama rindu
tak lagi kata membasahi
hati yang gersang.
Akulah huruf yang membuahi kata!
Akulah kata yang membongkar makna dalam waktu!
Kembalilah! Tak!
Waktu terus berjalan!
Kecambah luka itu kini tumbuh
menjadi pohon dendam
yang ingin menggapai mentari cinta!
Prabumulih 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar