Sajak Menunggu Sahur
Menipu waktu sambil membagi diri
dengan kata tanpa makna. Nyata
perjalanan detik membatu dalam kalbu
dan bayang-bayang semakin lari dari asa
sedangkan tubuh perlahan luruh. Bisu
hari mencekam wajah. Pasi!
Di sini aku berkaca
membaca suka dalam duka!
Mana lagi huruf-huruf yang dapat dirangkai
dari balik rindu berminggu-minggu?
Kembali aku mengeja dari alif hingga ya
pada setiap kedatangan windu yang menggebu
dan mata selalu membara mencari cahaya
Mu walau aku kaku. Membangkai
Sungguh! Aku dan waktu
ingin duduk bersimpuh
menyerahkan segala nafsu
hanya pada Mu. Ya Allah!
Prabumulih, September 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar