Sutan Iwan Soekri Munaf
Warung Legenda
Dari sini. Malam menaburkan kerlip lampu di arus sungai
menghanyutkan dendam jauh ke tengah. Suara penyanyi
diiringi musik, merenangi dinginnya waktu: Bersamamu!
Kata tak lagi mendayung perahu rindu. Tersebab rindu
sudah ke muara membawa detik dan menit yang singgah
sedang jam dan hari telah membenamkan kita ke lubuk: Sangsai!
Setiap kali hasrat seperti ikan berkelebat mengantarkan sunyi
dan bulan dan tahun sudah lama berlayar dari hulu: Kita masih di rumah
menjala bayang-bayang di antara kerlip lampu
“Aku tidak sendiri!” katamu
sambil menggandeng kata. Kata pun duduk di kursi
menjulurkan kaki hingga basah dipermainkan riak sungai hati
Dari bolamatamu yang bundar, airmata pun keluar
barangkali itulah mataair sungai ini di mana perahu rindu berlayar
dan kita bukan lagi sejoli yang duduk di meja makan
sambil waktu mempermainkan kita ke dalam lubuk angan-angan
Lihatlah, detik tidak lagi menggerakkan baling-baling cinta
karena menit menambatkan sauh resah di antara wajah kita
dan perahu rindu berlayar sendiri ke tengah laut
Tak bisa dicegah, Dalam kalimat berisi satu kata, namaku kau sebut-sebut!
“Apa menu yang kau pesan?” tanyaku
Semangkuk rasa dan segelas pencerahan.
Namun waktu tanpa malu-malu
menjadikan kita umpan
dan melemparnya jauh, hingga terbenam dalam-dalam. Dan ikan-ikan harapan
muncul dari kedalaman. Kita pun jadi santapan!
Palembang, Juni 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar